Benarkah Bahwa Mengonsumsi Makanan Tinggi MSG Dapat Memicu Sakit Kepala?
MSG atau monosodium glutamat adalah bahan tambahan makanan yang sering digunakan untuk meningkatkan rasa umami pada makanan. Seiring dengan popularitasnya, banyak anggapan yang menyatakan bahwa mengonsumsi makanan tinggi MSG dapat memicu sakit kepala atau gejala lainnya. Benarkah?
Apa Itu MSG?
MSG adalah garam natrium dari asam glutamat, yang merupakan asam amino non-esensial. Pada umumnya, MSG banyak ditemukan secara alami dalam beberapa makanan seperti tomat, keju, dan daging. Namun, MSG juga diproduksi secara sintesis dengan fermentasi bakteria dan digunakan untuk meningkatkan rasa makanan. Tak heran jika banyak produk bumbu penyedap rasa memiliki kandungan MSG di dalamnya.
Klaim dan Mitos: MSG dan Sakit Kepala
Banyak orang percaya bahwa MSG dapat menyebabkan gejala seperti sakit kepala. Klaim ini pertama kali muncul pada awal 1960-an, ketika sebuah surat pembaca dalam jurnal medis menyebutkannya sebagai "Sindrom Restoran Cina" tanpa disertai bukti ilmiah yang kuat.
Sejak saat itu, banyak penelitian dilakukan untuk menilai potensi dampak kesehatan MSG. Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA), MSG dikenal sebagai bahan tambahan dalam masakan yang aman dikonsumsi jika takarannya disesuaikan dengan pedoman keamanan penggunaan yang ditetapkan oleh FDA. Sebuah penelitian pada tahun 2016 yang dipublikasikan dalam Journal of Headache and Pain menemukan bahwa tidak ada korelasi signifikan antara konsumsi MSG dan munculnya sakit kepala.
Bahkan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia juga menjelaskan bahwa konsumsi MSG sebagai bahan tambahan pangan penguat rasa bukanlah hal yang membahayakan selama digunakan dalam takaran secukupnya, termasuk yang terkandung di dalam kemasan penyedap rasa atau kaldu instan yang ada di pasaran.
Individu yang Rentan
Meskipun demikian, beberapa orang melaporkan adanya reaksi setelah mengonsumsi makanan yang mengandung MSG. Namun, ini mungkin lebih disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti kecemasan, ekspektasi negatif, atau kombinasi dari berbagai bahan makanan dalam hidangan yang dikonsumsi dalam porsi yang berlebihan.
Jika Anda merasa memiliki sensitivitas terhadap MSG, sebaiknya hindari makanan tertentu yang diketahui mengandung jumlah tinggi MSG.
Secara umum, klaim bahwa mengonsumsi makanan tinggi MSG secara langsung menyebabkan sakit kepala belum sepenuhnya terbukti secara ilmiah. Meskipun ada beberapa individu yang melaporkan gejala, hubungan antara MSG dan masalah kesehatan masih menjadi subjek penelitian dan perdebatan. Penting untuk memahami bahwa reaksi terhadap MSG dapat bervariasi antarindividu, oleh karena itu pastikan untuk mengonsumsi makanan secara seimbang ya.
Cara Mengatasi Sakit Kepala
Alih-alih mengonsumsi makanan dengan kandungan MSG tinggi seperti makanan cepat saji, sebaiknya mulai mengonsumsi makanan bergizi seimbang yang mengandung beberapa nutrisi seperti:
- Magnesium sebagai mineral yang penting dalam mengatur fungsi otot dan pembuluh darah. Kekurangan magnesium telah terkait dengan peningkatan risiko sakit kepala. Sumber makanan yang kaya magnesium meliputi sayuran berdaun hijau (bayam, kale), kacang-kacangan, biji-bijian, ikan, dan almond.
- Vitamin B2 atau riboflavin dapat membantu mencegah dan mengurangi frekuensi sakit kepala. Sumber makanan yang kaya riboflavin termasuk susu, daging, telur, kacang-kacangan, dan sayuran hijau.
- Asam lemak omega-3 memiliki sifat antiinflamasi dan dapat membantu mengurangi risiko peradangan yang dapat memicu sakit kepala. Sumber makanan omega-3 termasuk ikan berlemak (salmon, sarden), biji chia, dan minyak ikan.
- Vitamin D memiliki peran dalam menjaga kesehatan tulang dan sistem kekebalan tubuh. Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan antara kekurangan vitamin D dan sakit kepala. Paparan sinar matahari adalah cara alami untuk mendapatkan vitamin D, dan juga dapat ditemukan dalam makanan seperti salmon, tuna, dan kuning telur.
Jika keluhan cukup mengganggu, segera redakan sakit kepala dengan minum obat yang mengandung Paracetamol yang bekerja secara aktif dan efektif menekan pusat sakit kepala, sehingga proses penyembuhannya bisa berjalan lebih cepat.
Artikel Lainnya: Musim Hujan Tiba, Simak Cara Mengurangi Risiko Penularan Flu dan Batuk Berikut Ini!