Hati-hati Sakit Kepala karena Post Holiday Syndrome
Sampai akhir tahun nanti, hari libur nasional memang sudah tak ada. Namun bukan berarti Anda tak bisa berlibur. Demi ‘kewarasan’ sah-sah saja kok mengambil cuti beberapa hari untuk mewujudkan rencana liburan Anda. Asalkan jangan sampai terjebak sakit kepala karena post-holiday syndrome!
Dilansir dari Kompas.com, Post-holiday syndrome (PHS) terjadi pada seseorang setelah melewati liburan. Setelahnya mood liburan masih sangat terasa, padahal orang tersebut sudah harus kembali dan berfungsi dalam ritme hidup yang normal seperti kerja atau belajar. Gejala PHS antara lain timbulnya rasa malas, tidak bersemangat, tidak antusias, dan tidak ceria dalam melakukan rutinitas sehari-hari dengan kata lain kamu akan merasa uring-uringan bahkan hingga sakit kepala! Orang yang mengalami PHS akan lebih sering mengeluh. Sebenarnya, mengapa post-holiday syndrome bisa terjadi ya, bukankah liburan sangat baik untuk kesehatan mental atau istilah lainnya ‘healing’?
Dilansir Healthline, salah satu sebab orang mengalami PHS adalah kebahagiaan yang dirasakan saat liburan biasanya tidak bertahan lama. Ketika liburan selesai, orang-orang akan kembali ke tingkat kebahagiaan mereka yang biasanya dalam beberapa hari. Menurut Mira, hal tersebut bisa disebabkan beberapa hal. Misalnya, keadaan rumah yang tidak sebersih atau sebagus tempat mereka menginap ketika berlibur atau saat menghadapi kenyataan seperti menumpuknya pekerjaan rumah atau kantor pasca berlibur. Wah, nggak heran deh kalau post-holiday syndrome bisa sampai memicu sakit kepala!
Namun risiko mengalami post-holiday syndrome jangan sampai membuat Anda ketakutan hingga mengurungkan niat untuk berlibur. Sebenarnya, risiko PHS bisa diminimalisir dengan beberapa cara berikut:
- Membereskan rumah. Datang ke rumah yang berantakan pasca liburan akan menurunkan level kebahagiaanmu dengan cepat. Oleh karena itu cobalah membereskan rumah sebelum pergi agar memberi kesan “Selamat datang kembali di rumah” saat pulang liburan. Rumah yang rapi akan mencegah Anda merasa frustasi karena harus membereskan rumah setelah capek liburan.
- Rencanakan hari transisi. Jika memungkinkan, ambil 1-2 hari cuti tambahan (di luar waktu berlibur) untuk masa transisi sebelum kembali bekerja setelah pulang liburan. Manfaatkan hari transisi itu untuk berbelanja bulanan, membereskan barang bawaan, mencuci baju, dan menyelesaikan berbagai urusan yang ada disaat Anda pergi liburan. Masa transisi ini sangat baik untuk beradaptasi sebelum kembali pada rutinitas.
- Membuat jurnal perjalanan sangat baik agar Anda bisa mengenang peristiwa yang Anda alami saat liburan hingga tahun-tahun berikutnya. Selain mencegah PHS, Anda juga bisa mengenang kebahagiaan masa liburan lebih lama lagi.
- Jangan ambisius saat berlibur. Sebuah penelitian pada tahun 2010, membandingkan kebahagiaan sebelum dan setelah liburan di antara turis Belanda. Mereka menemukan, bahwa kelompok yang kebahagiaannya tetap tinggi di minggu-minggu setelah liburan selesai adalah mereka yang mengalami liburan yang santai. Walaupun menggoda untuk melakukan banyak petualangan dan aktivitas saat liburan, bisa jadi nantinya kebahagiaan Anda malah tidak bertahan lama.
- Jika Anda masih mengalami PHS hingga menganggu aktivitas bahkan menimbulkan gejala fisik seperti sakit kepala, cobalah kendalikan diri Anda. Tarik napas dalam, upayakan tetap tenang dan konsmsilah obat sakit kepala untuk meredakannya. Jangan terlalu keras pada diri Anda sendiri, kerjakan saja to do list satu per satu sambil kembali menata pikiran agar segera pulih seperti sedia kala.
Nah, sudahkah kamu siap melaksanakan liburan akhir tahun nanti? Ingat, tak perlu takut sakit kepala akibat post-holiday syndrome ya!
Sumber: Kompas.com